Indonesian Web Site on Agribusiness Information
Agribusiness Online - Indonesian Agribusiness on the Net

Home



WABAH  SERANGAN  ANTHRAX  MENGANCAM
(Anthrax Disease Outbreaks)


Last Update : Minggu, 21. Oktober 2001 23:28:58


Belum lama ini sedikitnya sudah 10 daerah propinsi yang oleh Departemen Pertanian dinyatakan berisiko untuk usaha peternakan yaitu antara lain Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Pernyataan tersebut didasarkan atas hasil survei yang dilakukan pada bulan April 2000.  Penyebaran penyakit anthrax diperkirakan berasal dari importasi sapi-sapi perah asal negara Eropa dan sapi potong asal Asia Selatan. Penyakit anthrax diketahui sudah menjangkiti secara sporadis  beberapa daerah di pulau Sumatera seperti Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukit Tinggi, dan Sibolga.

Sejarah Penyakit
Penyakit anthrax sudah sejak lama diketahui terdapat di sini  (1884) sebagaimana dilaporkan oleh Javasche Counrant menyusul serangan anthrax pada kerbau di Teluk Betung, propinsi Lampung. Sejak saat itu, hampir setiap tahun terjadi kasus serangan penyakit anthrax secara sporadis di beberapa daerah seperti pulau Sumatera (Palembang, Lampung, Bengkulu, Tapanuli), pulau Jawa (Jawa Barat, Tengah dan Timur), pulau Bali (Buleleng di tahun 1885), Nusa Tenggara Barat dan Timur, Kalimantan dan Irian Jaya (sekarang Papua).

Pada tahun 1990 dilaporkan terjadi serangan penyakit anthrax terhadap peternakan sapi perah di Kabupaten Semarang dan Boyolali yang menyebabkan kematian ratusan ekor sapi. Sampai tahun 1994 laporan serangan anthrax hanya berasal dari Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat. Penyakit anthrax menjadi sangat berbahaya karena menyerang semua hewan berdarah panas bahkan juga menginfeksi manusia, dan bisa menyebabkan kematian. Penularan kepada manusia bisa dengan cara mengkonsumsi hewan yang terinfeksi anthrax yang proses pemasakannya tidak sempurna. Penularan lewat pernapasan bisa terjadi terhadap pekerja penseleksi bulu domba yang menderita anthrax. 

Sejarah Kasus Anthrax di Purwakarta, Jawa Barat
(Anthrax Outbreaks in Purwakarta, West Java)

Desa (Village)

Tahun Serangan (Year of Outbreaks)

Cibungur 1962
Cirangkong 1985
Cirende 1963, 1985
Cikadu 1965
Cibukamanah 1966, 1975, 1983
Cipayungsari 1999 - 2000

Peternakan Burung Onta
Serangan penyakit anthrax terhadap flok burung onta mulai menarik perhatian ketika Januari 2000 ditemukan kasus serangan anthrax terhadap 3.000 ekor burung onta di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Kasus pertama kali diketahui di penghujung tahun 1999 atas hasil uji laboratoris terhadap spesimen organ burung onta (ostrich) yang dilakukan oleh Faculty of Veterinary Medicine and Research Institute of Veterinary di Bogor. Kasus di peternakan burung onta yang dimiliki oleh PT Cisada Kema Suri, diduga disebabkan oleh terabaikannya program vaksinasi untuk penyakit anthrax. Upaya penanggulangan penyebaran penyakit anthrax dengan memusnahkan sebanyak 2662 ekor burung onta berhasil diselesaikan dalam 5 hari kerja. Ternak dibunuh dengan strichnine yang diinjeksikan ke dalam pembuluh darah vena yang akan mati dalam 10 detik. Semua bangkai ternak ditempatkan dalam lubang sedalam 5 meter, dibakar dan dipendam dengan kapur dan akhirnya tanah menutupi permukaan.

Ethiology
Penyakit anthrax dikenal juga sebagai splenic fever (radang limpa), yang disebabkan oleh mikro organisme gram positip Bacillus anthracis. Di bawah mikroskop tampak seperti barisan batang panjang. Sementara di dalam tubuh inang, Bacillus melindungi dirinya dalam kapsul, dan akan membentuk spora segera setelah berhubungan dengan udara bebas. Spora diketahui dapat bertahan hidup bertahun-tahun dalam tanah yang cocok. Oleh karena itu, bangkai hewan yang positip terkena anthrax atau mati dengan gejala anthrax tidak diperbolehkan untuk dibedah untuk menutup peluang kuman anthrax bersinggungan dengan udara. Semua peralatan kerja yang pernah bersentuhan dengan hewan sakit harus direbus dengan air mendidih selama paling sedikit 20 menit. 

Daerah-daerah yang mempunyai catatan sejarah serangan anthrax akan tetap endemik yang berpotensi kuat untuk serangan berikutnya. Semua hewan berdarah panas dapat terserang penyakit anthrax yang tingkat kepekaannya akan berbeda di antara spesies. Domba adalah yang paling peka, diikuti sapi, dan kuda sedangkan kerbau, ruminansia kecil dan babi tergolong lebih tahan terhadap serangan anthrax. Masa inkubasi bervariasi antara 3 - 5 hari. 

Gejala awal dari ternak yang terserang anthrax diawali dengan suhu tubuh tinggi (41 - 42 oC), kehilangan nafsu makan yang mengarah kepada terhentinya produksi susu, edema di sekitar leher, hidung, kepala dan scrotum. Hewan terlihat sempoyongan, gemetar, ambruk dan kematian sangat cepat. Ternak yang lemah biasanya mati dalam waktu 1 - 3 hari.Pada ternak babi dan kuda yang lebih tahan, gejala penyakit berjalan secara kronis dan menyebabkan pembengkakan pada daerah tenggorokan. Sedangkan serangan pada manusia menimbulkan tukak di kulit, septikaemia dan bisa menimbulkan kematian. 
Kematian hewan secara mendadak tanpa gejala klinis khususnya di daerah endemik perlu dicurigai untuk kemungkinan terinfeksi anthrax. Pemeriksaan preparat ulas darah dari hewan mati perlu dilakukan secepatnya untuk kepastian penyakit, sehingga perlu dihindari dilakukannya nekropsi terhadap hewan mati.

Penanggulangan Penyakit
Setiap kasus kejadian atau dugaan anthrax harus dilaporkan kepada Dokter Hewan berwenang dan Dinas Peternakan setempat, karena dampaknya bisa sangat luas apabila dilakukan penanganan yang salah. Pengobatan dapat menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan obat-obatan sulfa. Apabila pengaruh obat sudah hilang, vaksinasi baru bisa dilakukan sebab pengobatan dapat mematikan spora vaksin. Untuk memutus penularan, bangkai ternak dan semua material yang diduga tercemar (karena pernah bersinggungan dengan hewan sakit) harus dimusnahkan (dibakar) dan dikubur dalam-dalam di bawah pengawasan Dokter Hewan atau petugas peternakan berwenang. Bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu gamping secukupnya. Area penguburan diberi tanda supaya semua hewan di area sekitar menjauhi lokasi penguburan. 

Summary :

Department of Agriculture has declared 10 provinces as possitively as risky for farming operation that was Jambi, West Java, East Java, Central Java, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, Central Sulawesi, South East Sulawesi, and Papua. The declared based on survay conducted last April 2001. So far the disease has been known to infect several areas in Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukit Tinggi and Sibolga.
The spreading was suspected initiated from dairy cattle imported from European countries and beef cattle from South ASian countries. 

History of Disease. Anthrax has been long known endemic since 1884 as reported by Javasche Counrant following the anthrax outbreak on buffalo in Teluk Betung, Lampung province. Almost every year after the first outbreak, the disease sporadically infected in several regions in Sumatera (Palembang, Lampung, Bengkulu, Tapanuli), Java (West Java, Central and East Java), Bali (Buleleng in 1885), West and East Nusa Tenggara, Kalimantan and Irian Jaya (now Papua). Anthrax outbreak infected dairy cattle farm in
Semarang regency and Boyolali (located in Central Java) was known to cause hundreds of cattle found dead in 1990. Up to 1994 limited outbreaks reported from West Sumatera and West Nusa Tenggara . 

Ostrich Farming. Flock of 3,000 ostrich were reported being infected with anthrax 
disease in January 2000 in Purwakarta, West Java. Whereas the first outbreak was known end 1999 following laboratory test on the specimen of ostrich organ which conducted by the Faculty of veterinary Medicine and Research Institute of veterinary in Bogor. It was suspected that carelessness by the farm management on vaccination program as main factor to cause the outbreak. To eliminate the disease, as many as 2,662 ostrich were killed by injecting strichnine into vena blood vessel to dead in 10 seconds. The elimination was completed within 5 working days. All the carcass put in 5 meter deep hole, burned, then hid with lime and covered with soil on the surface. 

 

Reference :

1.  Dharmojono. Anthrax, Penyakit Ternak Mengejutkan Tetapi Tidak Mengherankan
     Infovet. Edisi 067. Pebruari 2000.
2. Sepuluh Propinsi Berbahaya Untuk Lokasi Peternakan. Bisnis Indonesia. 07 Mei
    2000. msb.
3. Kasus Anthrax, Akibat Keteledoran Vaksinasi. Infovet. Edisi 067. Pebruari 2000.

See Other Articles :

 


 ! Home Visit Our Sponsors Ads Articles Ads Here  ! Main ArticlesDirectory  !