Indonesian Web Site on Agribusiness Information
Agribusiness Online - Indonesian Agribusiness on the Net

Home


Pengolahan Daging / Meat Processing


Kondisi Rumah Potong Ayam

00306171101

Pemandangan ibu rumah tangga yang membeli ayam hidup untuk dipotong sendiri di rumah sudah semakin jarang terlihat. Kenyataan di pasar-pasar tradisional, ayam kampung hidup semakin sedikit dijual dan kebutuhan akan daging ayam dipenuhi dengan karkas ayam atau potongan-potongan yang biasa dipilih konsumen (paha, dada) baik ayam broiler maupun ayam kampung. Fenomena ini menunjukkan dominannya peran bisnis pemotongan ayam, baik yang dilakukan secara tradisional, semi moderen maupun moderen. Kriteria kerja Rumah Potong Ayam adalah memproses ayam hidup untuk menjadi karkas ataupun potongan bagian tubuh ayam yang higienis dan halal. Dalam perkembangannya kategori RPA saling berkompetisi; RPA moderen menghasilkan daging ayam yang lebih higienis dan mahal tetapi sebaliknya untuk RPA tradisional (lebih tepat disebut TPA = Tempat Pemotongan Ayam). Selama krisis moneter melanda Indonesia yang ditandai oleh melambungnya harga-harga dan merosotnya daya beli,
RPA tradisional mempunyai posisi yang lebih menguntungkan dalam bersaing dengan RPA moderen yang dibangun dengan biaya investasi yang besar.

Pertumbuhan RPA didukung oleh pesatnya pertumbuhan populasi ayam broiler khususnya sejak tahun 1990-an yang sudah mencapai 326,61 juta ekor. Sejalan dengan kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi makanan yang lebih higienis, meningkatkan permintaan akan daging ayam hasil prosesing RPA. Oleh karena itu RPA banyak didirikan di sekitar lokasi sentra peternakan ayam broiler. RPA moderen biasanya mensuplai daging ayam untuk konsumen-konsumen yang meminta persyaratan higienis tinggi, misalnya untuk rumah makan / fried chicken bertaraf internasional, hypermarket ternama dll. RPA moderen terdapat di kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Cianjur, Surabaya, Salatiga dan Lampung. Sedangkan RPA semi moderen bisa ditemukan di kawasan Jabotabek, Medan, Yogyakarta dll. 

Sejalan dengan perubahan pola konsumen yang belakangan ini cenderung lebih memilih daging ayam murah ketimbang kualitas, maka RPA moderen kalah bersaing dibandingkan TPA maupun RPA semi moderen. Pemerintah juga mengenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 % terhadap produk RPA moderen tetapi tidak berlaku untuk jenis industri pemotongan ayam lainnya. RPA moderen juga tidak bisa mengekspor produknya ke luar negeri karena harga daging ayam di pasar lokal lebih mahal dibandingkan produk unggas di luar. RPA moderen dalam berkompetisi, memilih untuk memangkas biaya-biaya produksi yang tidak perlu. Meskipun populasi ayam broiler meningkat dari tahun ke tahun sejak awal krisis, 293,002 juta ekor ayam (1999), 515,002 juta ekor ayam (2000), dan lebih besar lagi pada tahun 2001 tetapi kelanggengan usaha RPA moderen cukup banyak mempunyai kendala. 

Dalam rumah pemotongan ayam, biasanya areal terbagi atas beberapa daerah sesuai jenis pengolahannya. RPA moderen mempunyai 4 ruang pengolahan yaitu daerah sangat kotor, daerah kotor, daerah bersih, dan daerah sangat bersih. RPA semi moderen memiliki 2 macam daerah pengolahan yaitu daerah kotor dan daerah bersih. TPA tidak mempunyai pembagian daerah kerja, jadi semua proses pengolahan dilakukan dalam suatu ruangan yang menyatu. RPA moderen dilengkapi dengan berbagai peralatan me
kanis cold chain (sistem rantai dingin), stunner (pemisah), scalder (pencelup dalam air panas), plucker (pencabut bulu), spin / screw drum chiller (tanki pencuci dan pendingin), belt conveyor (ban berjalan), blast freezer (pembekuan cepat), cold storage (penyimpanan dingin). 

Pedagang Daging Bandung Merugi

00206141101

Asosiasi Pedagang Daging & Sapi Potong Indonesia (APDASI) di Jawa Barat khususnya di Bandung mengeluhkan terjadinya kenaikan harga daging sapi karkas sebesar 17 % dalam waktu seminggu terakhir ini. Akibat kenaikan tersebut, pedagang daging mengalami kerugian Rp 500.000 per ekor. APDASI menduga kenaikan tersebut disebabkan oleh tindakan monopoli oleh makelar pemasok daging dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Pihak Importir. Pedagang daging terjepit di tengah karena kenaikan demikian tidak diikuti dengan kenaikan harga daging di pasar eceran. Harga daging yang menjadi terlalu mahal di mata konsumen akan menyebabkan konsumen beralih ke pilihan lain. Dari harga sapi potong senilai Rp 4 juta, pedagang daging biasanya akan memperoleh keuntungan Rp 75.000 . 

Pabrik Pengolahan Daging

00106290801

Sampai saat ini terdapat 38 unit / pabrik pengolahan daging yang beroperasi dengan kapasitas terpasang 125.254 ton / tahun. Perbaikan utilisasi pabrik meningkatkan jumlah impor daging pada tahun 2000 sebanyak US$ 41.32 juta (setara 27,191 ton) dibandingkan tahun 1999 sebesar US$ 15.37 juta (10,630 ton). Sebaliknya ekspor daging olahan dalam kaleng turun dari 3,277 ton (US$ 3.17 juta) pada 1999 menjadi 1,383 ton (US$ 2.14 juta) pada tahun 2000. 
Total meat processing plant in the country as much as 38 units with total production capacity 125,254 MT / year. Compared to the situation in 1999, utilization was improved as to produce 27,191 MT of processed meat (equal with US$ 41.32 million compared with 10,630 MT production valued as US$ 3.17 million in 1999. The export quantity of the products are in contrary decreasing from 3,277 MT (US$ 3.17 million) to be US$ 2.14 million (1,383 MT of processed meat). 

- = URL MINDER = -

Submit your e-mail  for automatically receiving announcement on any up dated articles in pages interest you

Your e-mail address :


 ! Home Visit Our Sponsors Ads Articles Ads Here  ! Main ArticlesDirectory  ! Market !