Indonesian Web Site on Agribusiness Information
Agribusiness Online - Indonesian Resources on the Net

Home



POPULASI  SAPI BALI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DAGING
(Bali Cattle Population and National Meat Demand


Last Update : Minggu, 21. Oktober 2001 23:48:07


Populasi sapi Bali yang merupakan bangsa sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos sondaicus (Bos banteng). Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi Bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor. Sejumlah besar sapi Bali hidup dikirim ke beberapa kota bear di pulau Jawa menjadi sering terlihat belakangan ini. Sedikitnya 50.000 ekor sapi Bali setiap tahunnya dikapalkan ke luar propinsi Bali.

Selain sapi Bali, bangsa sapi lokal lainnya adalah sapi Grati, sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole (keturunan hasil persilangan antara sapi Ongole jantan dan sapi betina Jawa). Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus, ciri-ciori fenotipik punduk diperoleh dari B. indicus, sedangkan warna kulit coklat atau merah bata sama dengan B. sondaicus. Dari jumlah total populasi sapi lokal sebanyak 12.000.000 ekor, 500.000 ekor merupakan tipe sapi perah dan sisanya 11.500.000 ekor tergolong tipe sapi potong. Perkiraan pertambahan populasi sebanyak 3.500.000 ekor per tahun.
 
Sejak lama sapi Bali sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, dan mendominasi spesies sapi di Indonesia Timur. Peternak menyukai sapi Bali mengingat beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain : mempunyai feritiliast tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, cepat berkembang biak, bereaksi positif terhadp perlakuan pemberian pakan, kandungan lemak karkas rendah, keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. Fertilitas sapi Bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60 %. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan.

Tabel 1. Penampilan Sapi Bali dengan Pemberian Pakan Konsentrat Selama 154 Hari
(Performance of Bali Cattle Feeding with Concentrate Feed for 154 Days)

Parameter Nilai (Value)
Rata-rata Berat Hidup (kg)
Average Live Weight (kgs)
334.7
Konsumsi Pakan Bahan Kering (kg/ekor/hari)
Dry Matter Feed Consumption (kg/head/day)
6.02
Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian (kg/ekor/hari)
Average Daily Gain (kg/head/day)
0.66
Nisbah Konversi Pakan
Feed Convertion Ratio 
9.12
Kecernaan Bahan Kering (%)
Organic Matter Digestibility (%)

86.60

Catatan : Pada penelitian di Institut Pertanian Bogor, sapi Bali dengan berat awal 250 kg dibagi dalam 2 tahap perlakuan pakan. Tahap pertama diberikan rumput selama 3 bulan, diikuti pemberian campuran rumput dan konsentrat selama 154 hari, secara nyata meningkatkan berat badan sebanyak 50 kg.

(Note : On research conducted in Bogor Institute of Agriculture, 250 kg initial weight of Bali cattle divided with 2 stage feed treatment. On the first stage, feeding grass for 3 months followed with mixed grass and concentrate feed for 154 days on the second stage will significantly increase body weight as much as 50 kgs.) 

Permintaan Daging

Pasar domestik setiap tahunnnya rata-rata membutuhkan 490.000 ton daging atau setara dengan 1,4 juta ekor sapi dengan berat hidup rata-rata 350 kg per ekor. Sementara pada saat yang sama, peternakan lokal baru mampu menyediakan 350.000 ton daging dan kebutuhan sisanya dipenuhi dengan melakukan impor dalam bentuk 400.000 ekor sapi bakalan untuk digemukkan dan sekitar 30.000 ton daging beku. Impor sapi didominasi sapi-sapi asal Australia sebanyak 75 % dengan pertimbangan harga yang lebih murah dan kedekatan geografis sehingga ongkos angkut lebih rendah. Kuantitas sisanya didatangkan dari Amerika Serikat dan Selandia Baru. Belakangan ini Pemerintah membuka kran impor dari negara-negara lain seperti Kanada, Irlandia, dan Argentina. Sepanjang tahun 1990 telah diimpor sebanyak 8.500 ton daging sapi dan 100.000 ekor sapi bakalan dari negara tetangga tersebut. Pada tahun 2000 diputuskan untuk melakukan impor 200.000 ekor sapi bakalan.

Tabel 2. Rata-rata Ukuran Penampilan Produksi Sapi Potong
(Average Production Phenotipic of Beef Cattle) 

Parameter Species of Cattle
Bali Ongole Peranakan Ongole (Hybrid of Ongole) Madura
Jumlah Yang Diukur (ekor) Population Sample (head) 122 89 169 132
Panjang Badan (cm)
Length Body (cm)
132.6 136.9 131.3 127.3
Lingkar Dada (cm)
Round Chest  (cm)
185.2 183.3 162.3 158.8
Berat Hidup (kg)
Live Weight (kg)
352.4 368.3 302.6 258.3
Berat Karkas (kg)
Carcass Weight (kg)
197.1 179.9 136.2 121.9
Source : Fakultas Peternakan IPB, 1970


Tabel 3. Rata-rata Bagian Tertimbang Sapi Yang Dipotong
(Average Organ Weight of Slaughtered Cattle) 

Parameter

Species of Cattle
Bali Ongole Peranakan Ongole (Hybrid of Ongole) Madura
Jumlah Yang Diukur (ekor) Population Sample (head) 133 17 85 100
Berat Kepala (kg)
Head Weight (kg)
15.1 19.6 15.2 15.1
Berat Kulit (kg)
Skin Weight (kg)
30.4 26.8 18.4 16
Berat Kaki (kg)
Foot Weight (kg)
6.1 7.5 5.8 5.1
Berat Ekor (kg)
Tail Weight (kg)
1.9 2.9 2.3 2.9
Berat Jantung (kg)
Heart Weight (kg)
5.3 6.7 3.8 3.4
Berat Hati (kg)
Liver Weight (kg)
3.7 5.2 3.3 2.9
Source : Fakultas Peternakan IPB, 1970 


Total konsumsi daging nasional sebanyak 1,5 juta ton per tahun terdiri atas 450.000 ton daging sapi, 750.000 ton daging ayam dan 300.000 ton sisanya dikontribusi dari daging spesies lain seperti kambing, domba, kebau, babi). Untuk memenuhi tingkat permintaan akan daging sapi tersebut, setiap tahunnya harus dipotong sebanyak 1,6 - 1,7 juta ekor sapi dengan berat hidup rata-rata 125 kg. Tetapi sayangnya, banyak peternakan yang ingin cepat memperoleh hasil penjualan, juga memotong ternak-ternak betina yang sehat dan potensial (diperkirakan sebanyak 70 % merupakan ternak betina reproduktif dan pejantan unggul), selanjutnya menyisakan ternak-ternak berkualitas rendah untuk dikembangbiakkan.  Pemerintah (Pusat dan Propinsi) mempunyai kebijakan standar untuk persyaratan pengangkutan ternak antar propinsi tetapi masih kesulitan untuk implementasi di lapangan. Apabila permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut maka penurunan populasi sapi lokal yang begitu pesat, khususnya sapi Bali akan mengarah kepada kepunahan spesies.

 

Summary :

Sapi Bali as indigenous Indonesian cattle was domesticated from wild ox Bos sondaicus (Bos banteng). The current population about 526,031 heads are  decreasing continuously. Rise demand on local red meat instead of expensive imported beef meat lately became more obviously to decrease the population of native species. A large amount of Bali cattle sent to several main cities in Java being more intensified, and at least 50,000 heads were shipped out of the origin province (Bali) every year. 

Others local species known as Sapi Grati, Sapi Madura and Sapi Peranakan Ongole (cross result between male Ongole and female Jawa). Sapi Madura actually known as cross result between Bos sondaicus and Bos indicus. The phenotipic characteristic as hump heritaged  from B. indicus and brown or darken red skin color heritaged from B. sondaicus. From as much as about 12,000,000 heads of total local  population, 500,000 heads among them are dairy type and the remaining 11,500,000 heads are beef type. Population estimated to increase 3,500 heads annualy.

Long time Bali cattle has been spreading into entire areas in the country and dominate cattle species in eastern region. Farmers prefer to raise this species as they have several superior production characteristic such as having high fertility, more resistant to adverse environment, fast adapt to new envvironment, prolific, possitive response to feeding treat ment, low fat carcass, meat tenderness not inferior with imported meat. The fertility of Bali cattle is in range 83 - 86 % compared to 60 % fertility of Europaean cattle. Other reproductive characteristics as pregnant period 280 - 294 days, conception rate 86.56 %, birth mortality 3.65 %, birth percentage 83.84 %, and weaning interval 15.48 - 16.28 months.

Meat Demand. Domestic market has averagely required 490,000 ton of meat annualy, equal with 1.4 million 350 kg live weight cattle. Unfortunately at the same time, local farmers only to produce 350,000 ton of meat and the shortage should be imported as 400,000 feeder steers for fattening and about 30,000 ton as frozen meat. As much as 75 % of imported cattle coming from Australia, since their price is cheaper as much closer geografically to lower the transportation cost. The remaining shortage being fulfilled by importing from United States and New Zealand. Currently much signnificant amount imported from Canada, Irish, and Argentine. During year 1999 such amount of 8,500 ton of beef meat and 100,000 heads of feeder steers has been imported from several countries. Another 200,000 feeder steers should be imported in the year 2000.

National meat consumption totally about 1.5 million ton annualy consist of 450,000 ton of beef meat, 750,000 ton of poultry meat, and remaining 300,000 ton from others species (goat, sheep, buffalo, swine). In order to make sufficient, 1.6 - 1.7 million of 125 kgs live weight cattle should be slaughtered annualy. Unfortunately a lot farmers also bring reproductive healthy female to the slaughter house and leave poor quality cattle behind as for replacement stock or cattle breeder. Bali cattle will face extincition in the short coming years when this uncontrolled slaughter keep going.

Reference :

1. D. Wahyuni. Sapi Bali di Ambang Kepunahan. Bisnis Indonesia. October 2000.
2. B.A. Murtijo. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisius. 1990.
3. Tim Fokus. Perdagingan Nasional di Ujung Tanduk. Komoditas. No 07/Tahun 1.
    October 1999.


See Other Articles :

 


 ! Home Visit Our Sponsors Ads Articles Ads Here  ! Main ArticlesDirectory  !