Ekspor Udang ke AS Turun Drastis |
Pasca serangan teroris ke gedung World Trade Center dan Pentagon 11 September lalu, berdampak buruk terhadap bisnis produksi dan ekspor udang
Indonesia ke AS. Petambak udang dan bisnis cold storage udang Indonesia
menghadapi bahaya menurunnya tingkat permintaan produk strategis ini yang
sudah direalisasikan dalam bentuk pembatalan kontrak pembelian akibat menurunnya tingkat permintaan di sana. Akibatnya perusahaan cold storage
mengurangi produksi sampai 50 % dan petambak menunda penebaran benih
karena kekhawatiran kesulitan menjual udang. Padahal ekspor udang Indonesia masih menghadapi ancaman embargo AS yang dituding belum digunakannya
Turtle Excluder Device (TED) atau Alat Pemisah Ikan (API) dalam usaha
penangkapan udang perairan. Belum lagi maraknya penolakan masyarakat terutama di Eropa yang sangat anti kandungan anti biotika (residu) dalam
udang sehubungan penggunaan chlorampenicol yang lazim digunakan untuk
mengobati penyakit udang. Bahkan resesi ekonomi yang sedang berlangsung
di Jepang menurunkan tingkat permintaan Jepang sampai 30 %. Indonesia mengekspor sebagian besar produksi udangnya ke Jepang, sedang
kan AS sebanyak 30 % dan sisanya ke beberapa negara Eropa. Tingkat permintaan yang rendah memicu turunnya harga udang yang ditaksir merupakan
tingkat harga yang terendah selama 10 tahun terakhir. Harga udang tanpa
kepala ukuran 16/20 sebesar US$ 9 per kg. Ini merupakan penurunan harga
yang tajam jika membandingkan tingkat harga bulan Januari sebesar US$
17 / kg lalu turun menjadi US$ 11 / kg di bulan Agustus 2001. Harga udang
di pasar lokal pun ikut tertekan atau turun sebanyak 50 % menjadi hanya
Rp 40.000 - 42.000 / kg di tingkat cold storage.
|
|
|