Indonesian Web Site on Agribusines Information
Agribusiness Online - Indonesian Agribusiness on the Net

Home



PEMELIHARAAN  IKAN  NILA  MERAH  DI  DANAU  TOBA
(Red Tilapia Raised in Toba Lake, Sumatera)


Last Update : Minggu, 21. Oktober 2001 23:37:46

Mencontoh sukses pemeliharaan ikan Nila Merah yang dikembangkan oleh PT Charoen Pokphand bekerjasama dengan Aqua Farm (Norwegia), Dinas Perikanan Sumatera Utara memanfaatkan areal Danau Toba seluas 896 ha untuk pemeliharaan ikan Nila Merah dengan sistem keramba. Ikan Nila Merah saat ini dihargai cukup tinggi yang mencapai Rp 25.000 per kg. Permintaan terbesar khususnya datang dari konsumen di Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan beberapa negara Eropa. Tingkat permintaan dapat mencapai tujuh ton per minggunya padahal produsen lokal setiap minggunya hanya mampu mensuplai sebanyak 3 ton saja. Komoditas ikan Nila Merah biasa diekspor dalam bentuk fillet segar maupun berupa ikan hidup.

Pemeliharaan ikan Nila Merah tidak terlalu sulit. Lagi pula ikan Nila Merah mempunyai beberapa kelebihan antara lain laju pertumbuhan yang cepat, efisien memanfaatkan makanan tambahan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan cepat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan. Ketersediaan benih ikan Nila Merah tidak lagi menjadi masalah karena pihak Aqua Farm bekerjasama untuk mensuplai semua kebutuhan pemeliharaan (pakan dan lain-lain), termasuk membeli (menampung) hasil produksi ikan Nila Merah.

Sifat Biologi

Ikan Nila Merah pertama kali dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1981 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) di Bogor. Berdasarkan pengamatan morfologis, ikan Nila Merah yang dipelihara di sini sangat mirip dengan jenis yang terdapat di Filipina, yang memperkuat dugaan bahwa asalnya diimpor dari negara tersebut. Ikan Nila Merah mulai dipelihara luas di berbagai daerah sejak dilakukannya penelitian intensif di tahun 1981. Dinas Perikanan Sumatera Utara dalam upaya lebih mengintensifkan pemeliharaan ikan Nila Merah, melakukan kerjasama penelitian dengan Universitas Sumatera Utara untuk memetakan lokasi di Danau Toba yang cocok untuk pengembangan ikan Nila Merah dengan sistem karamba.

Dalam klasifikasi biologi, ikan Nila Merah (Oreochromis sp) termasuk Ordo Pecho orphi, Family Cichlidae dan Genus Oreochromis. Ikan Nila Merah diyakini merupakan hasil persilangan antara spesies berwarna merah Oreochromis mosambicus honorum berasal dari Singapura dengan spesies berwarna normal Oreochromis niloticus dari Jepang. Variasi warna ikan Nila adalah kemerahan, kekuningan dan keputih-putihan (albino).

Bagi orang awam akan sulit untuk membedakan antara ikan Nila (Oreochromis sp) dengan mujaer (Tilapia mossambica Peters) mengingat kemiripannya. Ikan nila mempunyai garis nyata berwarna pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur. Ikan Nila Merah mencapai dewasa kelamin pada umur 5 - 6 bulan dengan berat badan mencapai 400 - 600 gram. Ikan Nila jantan bisa dibedakan dari jenis betina berdasarkan sifat kelamin sekunder, yang mulai terbentuk setelah ikan berumur 28 

hari. Ikan nila jantan mempunyai sisik berwarna merah gelap di bawah dagu dan perut, sedangkan jenis betina berwarna merah pucat di bagian sisik yang sama. Hidung dan rahang nila jantan melebar kebalikan dari Nila betina yang lebih meruncing.

Ikan Nila Merah betina mulai siap memijah pada umur 4 bulan (berat badan 600 gram) sepanjang tahun setiap 0,5 sampai 1,5 bulan. Pada setiap kali pemijahan bisa dihasilkan sekitar 400 sampai 1000 butir telur. Hampir 70 % dari keturunan ikan Nila Merah yang dihasilkan akan berkelamin jantan. Kondisi air yang tenang akan menguntungkan bagi pertumbuhan dan pemijahan ikan Nila Merah. dalam upaya memperoleh tingkat pemijahan yang optimum, ikan Nila Merah bersifat poligami,  maka nisbah kelamin dianjurkan 1 jantan untuk 2 betina pada  luasan kolam 10 m2. Persyaratan kondisi lingkungan yang ideal untuk menopang kehidupan optimum bagi ikan Nila Merah adalah kandungan oksigen 3 - 5 ppm, kisaran pH 6,5 - 8,5, kisaran suhu 25 - 28 oC dengan perbedaan fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 15 oC, kadar garam (salinitas) 0 - 10 %.

Sistem Pemeliharaan Jala Terapung

Pemeliharaan Nila Merah secara intensif mulai dilakukan terhadap tahapan fingerling (benih gelondongan)  yaitu benih yang diperoleh setelah pemeliharaan selama 1 - 1,5 bulan. Benih nila merah untuk tujuan produksi  fingerling biasanya mempunyai berat 25 gram per ekor. Selama masa pemeliharaan tersebut diberikan makanan tambahan dalam bentuk pellet. Standar nutrisi pakan tambahan antara lain megandung protein minimal 25 %, lemak 4 - 8 %, serat kasar 10 - 13 %, dan kadar air 13 - 14 %. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore secara tepat waktu untuk membiasakan ikan Nila Merah berkumpul pada saat-saat pemberian pakan. Jumlah pakan ditentukan sebanyak 3 % dari biomass yang penentuan secara tepat dilakukan dengan pengukuran berat setiap 2 minggu secara random sampling. Untuk memperoleh tingkat pertumbuhan yang optimal, padat penebaran di kolam luas adalah 15.000 - 20.000 ekor per 1.000 meter persegi atau 15 - 20 ekor per meter persegi. Pemeliharaan benih untuk menghasilkan kategori fingerling bisa dilakukan di kolam terbuka (luas) dan kolam tertutup (sempit, misal bak semen).

Karakter pertumbuhan penting  selama masa pemeliharaan benih fingerling adalah pertambahan berat dan pertambahan panjang. Grafik pertambahan berat badan berbentuk sigmoid (cekung ke atas). Ditandai oleh laju pertambahan berat yang lambat terutama pada saat awal pemeliharaan sampai mencapai ukuran fingerling (2 bulan). Seterusnya sampai umur 4 - 5 bulan ikan Nila Merah memperlihatkan laju pertambahan berat yang cukup tinggi.  Grafik pertambahan panjang berbentuk kurva terbalik (cekung ke bawah), yaitu kecepatan pertumbuhan panjang berbanding terbalik dengan pertambahan umur. Pada awal usia lebih cepat tumbuh memanjang yang semakin berkurang kecepatannya semakin tua usia.  

 Pembesaran ikan Nila Merah yaitu selepas masa fingerling sampai ukuran konsumsi bisa dilakukan pada bberapa lokasi tempat yaitu :

1. di kolam berair tenang dengan luasan minimal 100 m2 dan kedalaman 1 m, debit air
     minimal 2 liter per detik untuk kolam seluas 100 m2.
2. di kolam berair deras, dengan debit air 20 liter per detik.
3. di karamba, yaitu dalam kurungan kotak persegi terbuat dari bilah bambu, biasanya
    dilakukan memanfaatkan sungai, waduk, danau maupun bendungan. 
4. di tambak, terutama pada musim penghujan dimana tambak banyak tidak
    dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan air laut dengan pertimbangan rendahnya tingkat
     salinitas akibat hujan yang melimpah. Padat penebaran 15 ekor per m2.
5. di jala apung, memanfaatkan danau dan waduk. Padat penebaran ikan Nila Merah
     berukuran 25 - 30 gram 50 - 100 ekor per 1 m3. Luas ideal jala apung adalah 5 x 5
     x 2 m yang dapat menampung 2.500 - 5.000 ekor. Pemeliharaan di jala apung
     bersifat intensif untuk tingkat pertambahan yang tinggi (berat 500 gram per ekor
     dalam waktu pemeliharaan 4 - 5 bulan). Untuk itu frekuensi pemberian pakan
     dilakukan sebanyak 4 - 5 kali sehari sejumlah 3 % dari biomass ikan. Jumlah
      pemberian pakan disesuaikan dengan pola pertumbuhan ikan setiap 15 hari.  

Summary :

North Sumatera Fishery Service has exploited 896 hectare potential area of Toba lake for rearing red tilapia, following such a same business developed by PT Charoen Pokphand in cooperation with Aqua Farm of Norway. High price of Rp 25,000 per kg live (US$ 2.7) is among the most interesting point. Large demand from United States, Singapore, Japan and several  European countries can be about 7 metric ton per week. Meanwhile local producer only to supply 3 ton per week. The red tilapia used to export
as in fresh fillet or live fish. Red Tilapia has been known having as fast growth rate, much efficient in utilizing feed supplement, pest and disease resistant, and quick tolerance on any environmental change. 

Biology. Red Tilapia first introduced into the country in 1981 by Fresh Water Fishery Research Station (Balai Penelitian Perikanan Air Tawar = BPPAT). Based on morphological appearance, the species was much similar with species found in the Philippine. The species was then spread over the country. The red tilapia convinced as result of crossing between red species Oreochromis mosambicus honorum originated from Singapore and normal color species Oreochromis niloticus from Japan. The offsprings have varying color as reddish, yellowish and whitish (albino). 

Tilapia will have their maturity in 5 -6 months with 400 - 600 grams of body weight. The male can be ditinguished from female on 28 days of  age by it's secondary sexual phenotipic. The male has darken red scales under their chin and stomach meanwhile the female has pale red color. The female start spawning on 4 months of age (600 grams body weight) along the year for 0.5 to 1.5 months period. They can lay about 400 -
1,000 eggs every spawning which 70 % will hatch as male tilapia. Red tilapia are polygamy, and it is recommended to have 1 male with 2 female ratio per 10 meter square pond. Oxygen content in range 3 - 5 ppm, pH vary 6.5 - 8.5, temperature 25 - 28 oC (daily temperature fluctuation below 15 oC), salinity 0 - 15 % are among the ideal constraint of environment condition to support optimum life of red tilapia.

Floating Dragnet Rearing System. Intensive rearing start at fingerling phase (1 - 1.5 months fry) 25 gram body weight averagely. It is recommended to feed supplement in pellet form which content minimum 25 % protein, 4 - 8 % fat, 10 - 13 % fiber, moisture 13 - 14 %. Feeding two times a day on regular time will customized tilapia to gathering near the surface at the certain time. Feeding as much as 3 % of the total biomass deter-
mined by random sampling biweekly. Spreading density at 15,000 - 20,000 tilapia per 1,000 square meter pond or 15 - 20 tilapia per square meter will provide optimum growth rate. 

Growth rate and body length are main growing factor in fingerling phase. Growth rate will have sigmoid curve, as slower rate at the initial rear ing until reaching fingerling size in 2 months. The faster growth will appear until 4 - 5 months of age. In contrary, increment body length inversely proportional with age. Younger tilapia will grow length faster.

Growing fingerling size red tilapia until reaching market size can be reared in such kinds of location as followed :

1. Static water pond with minimum 100 square meter, 1 meter deep, minimun discharge
    water 2 liter per second.
2. Running water pond, with discharge water 20 liter per second.
3. Karamba (basket of dragnet put in stream or lake), with bamboo plait  in stream,
    basin, lake or daM.
4. Fishpond, mainly in rainy season whereas most pond considering lower salinity level
     not utilized for rearing marine fish. Spread density would be 15 tilapia per square
     meter.
5. Floating dragnet placed in lake and basin. Spread density for 25 - 30 gram of red
     tilapia recommended as 50 - 100 tilapia per cubic meter. As big as 5 x 5 x 2 meter of
     floating dragnet can hold for 2,500 - 5,000 tilapia. As this rearing system is much
     intensive (500 gram body weight in 4 - 5 months of rearing), feeding should be given
     at 4 - 5 times a day as much as 3 % of the total biomass. Total feed given should be
     ajusted in accordance with growth pattern of fish for every 15 days. 

Reference :

1. Abbas Siregar Djarijah. Nila Merah, Pembenihan & Pembesaran Secara Intensif.
     Kanisius. 1999.
2. Ikan Nila Diternak di Danau Toba. Bisnis Indonesia. 24 Maret 2000. msi


See Other Articles :

Budi Daya Kerapu dan Peluang Ekspor

Ekstensifikasi Pertambakan Mengancam Hutan Bakau


 ! Home Visit Our Sponsors Ads Articles Ads Here  ! Main ArticlesDirectory  !